Last Call

“Aryaaaaa!!!! Kalau gini ceritanya, we can be late to Heathrow!!” Teriak pria manis yang menggunakan kacamata bundar kepada housemate-nya.

Ini karena semalam Arya salah men-setting alarm-nya, seharusnya jam 10 AM, dia malah menghidupkan alarm untuk jam 10 PM, tidak hanya Arya, Arka malah dengan santai me-snooze semua bunyi alarm di ponsel-nya berkali-kali, dan hasilnya adalah mereka yang terburu-buru untuk bersiap berangkat ke Bandara Internasional Heathrow untuk berangkat ke Barcelona – Spanyol hari ini.

Taksi yang mereka pesan sudah sampai, mereka terburu-buru memasuki barang bawaan dan meminta sang supir untuk membawa mereka dengan kecepatan tinggi agar tidak terlambat naik pesawat, mereka harus naik pesawat jam 2.40 sedangkan di perjalanan membutuhkan waktu 1 jam setengah, demgan syarat kalau saja jalanannya lancar. Kini jam sudah menunjukkan pukul 12.30 siang, rencana mereka semalam meleset 30 menit. Arka dan Arya saling merutuki dirinya sendiri sembari memarahi satu sama lain dengan Bahasa Indonesia seperti kucing garong yang sedang merebutkan hak milik mereka, hingga driver yang melihat dari kaca spion itu hanya menggelengkan kepalanya.

“Coba lo ngga pake mandi!” Omel Arka.

“Coba kalau lo ngga ngecek lagi barang bawaan lo!” Rutuk Arya.

“Kalau lensa gue ketinggalan gimana?” Tanya Arka mencari pembenaran.

“Foto pake handphone kan bisa!” Omel Arya.

“Terus elo ngapain mandi?” Tanya Arka.

“Lo mau gue dilalerin?” Omel Arya. Hingga mereka diam dan menyadari apa yang mereka lakukan. Mereka adalah kedua pihak yang bersalah dan tak pantas untuk saling menyalahkan.

Sorry, kitakan mau liburan.” Kata Arka meminta maaf terlebih dahulu.

“Iya, yaudah deh, kalau telat kita jalan-jalan di Oxford aja, ke Museum Harry Potter.” Kata Arya pasrah.

Tepat jam 2 lewat 5 menit, mereka sudah sampai di Bandara International Heathrow, setelah membayar taksi kedua pemuda itu segera berlari karena benar-benar tidak ingin terlambat untuk naik pesawat yang akan membawanya ke Spanyol.

“Your attention please, passengers of British Airways on flight number Boeing 747-400 to Barcelona please boarding from door C17, Thank you. Your attention please, passengers of British Airways on flight number Boeing 747-400 to Barcelona please boarding from door C17, Thank you.” Suara seorang wanita yang sedang mengumumkan keberangkatan. Panggilan itu untuk pesawat Arka dan Arya yang sudah siap berangkat, sedangkan mereka masih 'asyik' mengantri untuk check in dan celingak-celinguk mencari gate yang disebutkan.

Saat mereka berlari mengejar waktu ke gate C17, pengumuman itu terdengar lagi dengan kali ini memanggil nama mereka, “Attention please, this is the announcement of final boarding call especially for passengers Mr. Rahamardja Arkadia Wonwoo and Mr. Langitan Arya Dooyoung, booked on flight Boeing 747-400 to Barcelona. Please go to gate C17 immediately. The final checks are going to be completed soon and the captain will then order the doors of the aircraft to close in five minutes time. I will repeat again. This is the final boarding call Mr. Rahamardja Arkadia Wonwoo and Mr. Langitan Arya Dooyoung. Thank you.”

Arka dan Arya terhuyung-huyung mendapati kakinya serta barang bawaannya yang cukup merepotkan bila dibawa berlari sudah berada di depan gate C17 terlambat namun tidak tertinggal pesawat. Arya merangkul bahu Arka dan mereka tersenyum mengingat kejadian bodoh yang mereka alami siang ini. Tanpa mereka sadari ada 2 pasang mata dibalk kacamata hitam bermerk yang harganya selangit sedang memandang mereka dari kejauhan, dengan tatapan sedih dan cemburu.


Sesuai dengan jadwalnya dari minggu lalu, Saka sudah sampai di Bandara International Heathrow tepat jam 2.25 siang waktu London. Pesawat yang dia gunakan sempat transit sehingga membuatnya tiba di London siang hari.

Pria tampan yang hari ini menggunakan black t-shirt yang ditutupi blazer abu-abunya, dan kacamat hitam itu berjalan bersama dengan Bian — calon tunangannya — dan Personal Asistennya, Dyah. Bian sedang mengomentari pemandangan dan cuaca London yang cerah hari ini, Bian cukup berisik menurut Saka hingga ia berkali-kali membersihkan telinganya, memberi kode bahwa ia sangat terganggu, namun tidak dihiraukan oleh pria manis di sebelahnya itu. Bian masih mengoceh sembari bergelayut mesra dengan Saka yang masih mengacuhkannya, dan Dyah yang tampaknya hanya mampu memandang boss-nya kasihan sembari mengelus dadanya sesekali ketika melihat tingkah laku calin tunangan atasannya itu.

Saka samar-samar mendengarkan announcement last call yang sedang berkumandang dan menghentikan langkahnya, “Attention please, this is the announcement of final boarding call especially for passengers Mr. Rahamardja Arkadia Wonwoo and Mr. Langitan Arya Dooyoung booked on flight Boeing 747-400 to Barcelona. Please go to gate C17 immediately. The final checks are going to be completed soon and the captain will then order the doors of the aircraft to close in five minutes time. I will repeat again. This is the final boarding call Mr. Rahamardja Arkadia Wonwoo and Mr. Langitan Arya Dooyoung. Thank you.” Suara itu jelas berkumandang keras membuat Saka menghentikan langkahnya, mencari-cari wujud dari nama orang yang dipanggil tersebut.

Dua pria berlari membawa barang yang tidak sedikit, salah satu wajah pria itu dapat sangat Saka kenali, pria manis berhidung bangir yang selama ini Saka rindukan, Arka. Arka yang meninggalkannya, Arka yang menghilang, kini sedang terengah-engah dan tertawa dengan pria lain.

'That should be me, Arka the one who should put their arm around your shoulder. That should be me, the man who always makes you laugh. That should be me, Arka.' gumamnya dalam hati. Melihat punggung lebar pria yang masih ia sayangi menghilang dengan tangan pria lain yang masih dibahunya.